Langsung ke konten utama

Keutamaan Ibu Rumah Tangga dalam Islam

Menjadi ibu rumah tangga bukanlah hal yang mudah. Sesuatu yang saat ini masih dipandang sebelah mata. Berdaster tubuh enggak ke urus, hanya berkutat dengan urusan dapur, rumah dan anak adalah ciri khas yang selalu melekat pada sosok ibu rumah tangga. Pandangan seperti inilah yang terkadang membuat seorang ibu rumah tangga menjadi tak percaya diri. Mereka merasa tak berpenghasilan dan tak mampu berdiri sendiri seperti layaknya wanita karir.
Berbeda halnya dengan pandangan Islam, dalam Islam justru menjunjung tinggi seorang wanita atau ibu yang tinggal di dalam rumah, termasuk di sini adalah ibu rumah tangga. Masalah menjadi ibu rumah tangga atau wanita karir itu hanyalah sebuah eksistensi. Merupakan bentuk pengaktuailsasikan diri untuk mendapatkan sebuah pengakuan atas kehadiran diri. Antara wanita karir dan ibu rumah tangga pun sama-sama punya peluang yang sama untuk mengaktualisasikan diri. Wanita karir dengan pekerjaannya dan ibu rumah tangga pun bisa dengan melakukan sesuatu yang produktif. Semisal berjualan, membuat kerajinan, menulis atau apapun itu yang dinilai produktif. Produktif di sini enggak sebatas menghasilkan uang namun pemahamannya lebih luas lagi.
Islam sendiri mensyariatkan wanita atau seorang Ibu tinggal di rumah sebagaimana yang tertera dalam Qs. Al-Ahzab:33. Dengan berdiam dirinya seorang wanita di rumah akan memberikan kesempatan baginya untuk melaksanakan kewajiban dan tidak melalaikannya. Memenuhi hak-hak suami, mendampingi dan mendidik anak, menambah amal kebaikan dan mengerjakan urusan rumah tangga. Hal ini merupakan bentuk keadilan Islam dalam membagi peran antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki bertanggung jawab mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan keluarga sedangkan perempuan bertugas menjaga dan mengurus keluarga.
Bisa dibayangkan bagaimana jika seorang perempuan jika ikut bekerja. Urusan rumah, anak, keluarga akan terganggu. Dengan tidak ada keseimbangan dalam melaksanakan peran masing-masing, apakah semuanya akan terselesaikan begitu saja dengan adanya ART? Hasilnya akan berbeda dengan jika Anda ikut turun tangan sendiri dalam mendidik anak, mengurus keluarga, anak dan suami.
Memutuskan untuk menjadi seorang Ibu rumah tangga pun sebenarnya juga merupakan sebuah karir. Bagaimana tidak? Seorang ibu rumah tangga rela melepas ijazahnya demi merawat, mengasuh, mendidik anak-anaknya, memenuhi hak-hak suami dan tentunya akan melakukan hal yang terbaik buat mereka. Anak merupakan ladang investasi dunia dan akhirat. Dimana jika Anda mendidik dan merawatnya dengan ikhlas maka ini pun akan menjadi ladang pahala Anda kelak. Selain itu dengan menjadi ibu rumah tangga, Anda bisa melakukan kegiatan-kegiatan positif lainnya seperti berdzikir, membuat kerajinan, bekerja dari dalam rumah, ikut pengajian yang ada di masyarakat dan lain sebagainya.

Jadi masih banyak cara untuk tetap produktif meski dari dalam rumah tanpa harus meninggalkan kewajiban dan fitrah kita sebagai seorang perempuan, istri dan ibu.

Komentar

  1. yip yip, setuju aku untuk produktif dari rumah

    BalasHapus
    Balasan
    1. hayuk mbak berjuang bersama. semua bisa dan berawal dari rumah

      Hapus
  2. Dipi juga baru beralih dari wanita karir ke ibu rmh tg.

    BalasHapus
  3. setuju mbak. Islam memuliakan perempuan dengan tugas domestiknya. Banyak pahala yang akan di dapat. Muslimah bangga dengan Islam..

    BalasHapus
  4. saya download gambarnya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masihkah Merasa Tabu Mengajari Sex Education untuk Anak

Beberapa waktu lalu lagi heboh dengan pemberitaan buku bacaan anak yang terdapat konten pendidikan sex. Dan ini membuat beberapa pihak ada yang merespon positif, ada juga yang kurang berkenan. Di sisi lain juga banyak yang menanggapinya jauh lebih bijak. Memang tidak salah mengajari sex education untuk anak, cara penyampaiannya saja mungkin yang harus lebih santun. Bahkan sex education itu sendiri memang harus diajarkan di usia dini agar anak paham, tidak salah mengartikan dan sebagai goalnya anak mampu untuk menjadi dirinya. Namun masih ada juga dikalangan masyarakat atau orangtua yang berpikir mengajarkan sex education merupakan hal yang tabu. Perlu dipahami terlebih dahulu oleh para orangtua bahwa sex education itu bukan hanya masalah hubungan intim, namun mencakup hal yang lebih luas. Mengenalkan anggota tubuh dan fungsinya, mengenalkan jenis kelamin, memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan juga merupakan bagian dari  sex education. Menurut dr. Boyke ada b...

Belajar Jadi Pembantu di Sekolah

Bun, bagaimana sikap Bunda seandainya anak kita di sekolah diajari jadi pembantu? Ditanggapi secara positif atau negatif bun? Beberapa waktu lalu ada seorang wali murid yang entahlah enggak tahu itu namanya, entah kesal atau gimana setelah bercakap-cakap dengan seorang guru, tiba-tiba berkata, “Kalau begitu anakku jadikan pembantu ja, enggak usah sekolah.” Usut punya usut ternyata sebelumnya mereka bercakap-cakap tentang perkembangan anak. Sang guru mengatakan bahwa si anak ini memang untuk kemampuan calistungnya masih kurang, namun kemampuan bersosialisasinya sangat bagus, mudah bergaul dan punya rasa empati yang tinggi terhadap lingkungan dan teman-temannya. Suka membantu sesama, teman ataupun gurunya. Mendengar penjelasan sang guru, Ibu wali murid tadi justru marah dan salah sangka kalau anaknya sering disuruh bantuin ini dan itu dan menganggap sang anak diperlakukan seperti pembantu. Orang sekolah kok malah disuruh ini itu enggak dibelajari biar pintar, bisa baca, nul...