Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2016

Cerdas dan Inovatif dalam Berkarir

Cerdas dan Inovatif tidak hanya milik kaum pengusaha atau entrepreneur. Hakikatnya entrepreneur itu dapat diterapkan di segala bidang. Termasuk bagi mereka yang berstatus karyawan, pegawai negeri sipil dan lain sebagainya. Selama ini banyak yang berfikir bahwa cerdas kreatif dan inovatif identik dengan seorang pebisnis atau pengusaha. Padahal bekerja secara cerdas, kreatif dan inovatif juga diperlukan bagi mereka yang memilih berkarir terutama untuk kenaikan jabatan atau pangkat. Pernahkan mendengar dalam suatu perusahaan akan memberikan atau mempromosikan suatu jabatan bagi mereka yang berprestasi ? Nah, di sinilah fungsinya dituntut untuk bekerja secara cerdas, kreatif dan inovatif, bukan malah berlaku curang. Tak jarang lho, demi kenaikan pangkat, jabatan atau karir banyak dari mereka yang berlaku curang. Tindakan seperti ini tak pantaslah untuk dilakukan. Bersaing secara sehat jauh lebih baik untuk meningkatkan kualitas diri agar lebih kreatif, cerdas dan inovatif dalam

Terapi Buku, Solusi Atasi Depresi pada Anak

Biblioterapy atau yang lebih dikenal dengan terapi buku ini merupakan salah satu bentuk pengobatan alternatif yang dipercaya dapat mengatasi depresi pada anak maupun orang dewasa. Tidak dapat dipungkiri bahwa di zaman serba canggih ini stress, depresi dapat melanda siapa saja. Apalagi kehidupan yang serba kompleks, permasalahan pun ikut menjadi sesuatu yang kompeks juga.   Depresi merupakan salah satu masalah psikologi yang paling umum, yang mempengaruhi hampir  setiap orang melalui  pengalaman pribadi maupun depresi pada anggota keluarga (Herlina, 2013). Depresi juga mempunyai dampak bagi yang mengalami dan orang lain. Franklin menyebutkan ada beberapa dampak negatif  dari depresi itu sendiri antara lain : 1.        Menyebabkan rasa sakit emosional yang sangat hebat. 2.        Mengganggu kehidupan jutaan orang. 3.        Menimbulkan pengaruh buruk bagi kehidupan keluarga dan teman. 4.        Mengurangi produktivitas kerja dan menyebabkan seseorang mangkir. 5.        Ber

Menulis, Sarana untuk Melayakkan Diri

Banyak hal memang yang bisa dilakukan sebagai sarana untuk melayakkan diri, sebagai pengembangan diri, pengembangan karir atau pengembangan profesi. Salah satu caranya adalah dengan menulis. Ya menulis, seseorang bisa mengembangkan profesinya atau meningkatkan jenjang karirnya dengan menulis. Seperti membuat karya ilmiah, penelitian maupun artikel yang dibuat untuk media cetak. Kegiatan seperti ini juga berlaku untuk para pustakawan. Suatu profesi yang masih dipandang sebelah mata dan belum dikenal oleh masyarakat banyak. Kalau kang Emil, walikota Bandung sering mengatakan bahwa untuk jadi seorang pemimpin, pejabat itu harus punya mental pembantu dan pelayan. Maka hal itulah kiranya yang harus ada pada diri seorang pustakawan. Ya mereka harus belajar melayani dan membantu   masyarakat sebagai mana jiwa seorang pustakawan yang harus melayani dan membelajarkan diri sepanjang hayat sebagai pusat sumber informasi dan literasi. Saat ini menulis menjadi faktor kunci bagi pengembanga

Buku, Benarkah Sosokmu Menakutkan?

Buku lagi … buku lagi, kata-kata seperti inilah yang sering kita dengar mana kala sang anak diminta untuk membaca buku. Seakan-akan mereka menganggap dan melihat buku itu sebagai momok yang menakutkan dan menjenuhkan. Sudah tak mengherankan lagi karena telah menjadi rahasia umum kalau masyarakat kita ini mempunyai minat baca yang rendah. Keadaan seperti ini tentunya tidak bisa dibiarkan secara terus - menerus. Karena bagaimanapun juga masa depan bangsa ada di tangan mereka. Tidak mudah memang untuk membentuk dan membiasakan budaya baca ini. Padahal kalau kita mau ber p ikir ulang dan generasi muda sadar akan pentingnya membaca, maka kita akan mengetahui seberapa besar dampak positif dan negatif  dari kegiatan membaca. Namun kali ini  akan mencoba berbicara mengenai dampak negatif yang ditimbulkan. Rendahnya minat baca akan berpengaruh pada reading achievement yang berdampak pada rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia. Sebagai contoh dokter dari Negara lain bisa dibaya