Langsung ke konten utama

Cerdas dan Inovatif dalam Berkarir

Cerdas dan Inovatif tidak hanya milik kaum pengusaha atau entrepreneur. Hakikatnya entrepreneur itu dapat diterapkan di segala bidang. Termasuk bagi mereka yang berstatus karyawan, pegawai negeri sipil dan lain sebagainya.

Selama ini banyak yang berfikir bahwa cerdas kreatif dan inovatif identik dengan seorang pebisnis atau pengusaha. Padahal bekerja secara cerdas, kreatif dan inovatif juga diperlukan bagi mereka yang memilih berkarir terutama untuk kenaikan jabatan atau pangkat.

Pernahkan mendengar dalam suatu perusahaan akan memberikan atau mempromosikan suatu jabatan bagi mereka yang berprestasi? Nah, di sinilah fungsinya dituntut untuk bekerja secara cerdas, kreatif dan inovatif, bukan malah berlaku curang. Tak jarang lho, demi kenaikan pangkat, jabatan atau karir banyak dari mereka yang berlaku curang. Tindakan seperti ini tak pantaslah untuk dilakukan. Bersaing secara sehat jauh lebih baik untuk meningkatkan kualitas diri agar lebih kreatif, cerdas dan inovatif dalam bekerja ataupun berkarir.   

Cerdas dan kreatif dalam berkarir atau bekerja bisa dibilang susah–susah gampang. Dibilang susah ya susah, dibilang gampang ya gampang, karena semua ini akan kembali pada orang yang menjalani atau melakukannya. Tergantung dari pribadi dan tekatnya masing–masing.

Pasalnya orang akan merasa lengah jika mereka sudah pada comfort zone atau zona aman. Sebagai contoh nih kita akan membahas tentang kinerja dari profesi seorang pustakawan. Dalam peningkatan karir atau kenaikan pangkat, jabatan seorang pustakawan dituntut untuk memenuhi angka kredit yang telah distandarkan.namun banyak dari mereka yang melalui hal ini, kebanyakan pustakawan dalam mengajukan berkas untuk kenaikan pangkat tidak sesuai dengan PAK (rincian angka kredit yang dimiliki dan telah diajukan sebagai syarat kenaikan pangkat) padahal angka kredit inilah yang menjadi bekal sukses bagi profesi pustakawan.

Besarnya tunjangan pustakawan untuk saat ini yang sudah megalami peningkatan sampai 100% seharusnya mampu memicu pustakawan untuk menjadi pribadi yang lebih kreatif, inovatif dalam mengembangkan karirnya. Menjadi  pribadi yang mau belajar, terbuka terhadap perubahan dan mau membaca dan mentaati  aturan–aturan yang sangat penting untuk pengembangan diri dan karirnya.
Sebagaimana buku yang ditulis oleh Tri Hardiningtyas ini. Beliau adalah salah satu anggota tim penilai pustakawan yang merasa kinerja pustakawan saat ini masihlah sangat kurang. Lewat bukunya pustakawan dan angka kredit diharapkan mampu menjadi pegangan bagi para pustakawan sebagai bekal sukses dalam menjalani profesi ini. Di dalamnya banyak sekali dibahas seluk beluk profesi ini dan bagaimana cara sukses menjalani sebagai seorang pustakawan.

Buku pustakawan dan angka kredit ini banyak sekali membahas tips dan trik dalam menjalani profesi pilihan yang menjanjikan di masa depan ini. Dalam buku ini  akan membahas  payung hukum pustakawan, karir pustakawan, pustakawan menulislah, sertifikasi pustakawan, tunjangan pustakawan dan tentunya banyak sekali hal–hal lain yang dikupas tuntas didalam buku ini.

Jika anda seorang pustakawan, kerja  di sekolah dan yang punya hubungan erat dengan profesi ini, memiliki buku ini merupakan hal yang bijak sebagai investasi masa depan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keutamaan Ibu Rumah Tangga dalam Islam

Menjadi ibu rumah tangga bukanlah hal yang mudah. Sesuatu yang saat ini masih dipandang sebelah mata. Berdaster tubuh enggak ke urus, hanya berkutat dengan urusan dapur, rumah dan anak adalah ciri khas yang selalu melekat pada sosok ibu rumah tangga. Pandangan seperti inilah yang terkadang membuat seorang ibu rumah tangga menjadi tak percaya diri. Mereka merasa tak berpenghasilan dan tak mampu berdiri sendiri seperti layaknya wanita karir. Berbeda halnya dengan pandangan Islam, dalam Islam justru menjunjung tinggi seorang wanita atau ibu yang tinggal di dalam rumah, termasuk di sini adalah ibu rumah tangga. Masalah menjadi ibu rumah tangga atau wanita karir itu hanyalah sebuah eksistensi. Merupakan bentuk pengaktuailsasikan diri untuk mendapatkan sebuah pengakuan atas kehadiran diri. Antara wanita karir dan ibu rumah tangga pun sama-sama punya peluang yang sama untuk mengaktualisasikan diri. Wanita karir dengan pekerjaannya dan ibu rumah tangga pun bisa dengan melakukan sesuatu ya...

Masihkah Merasa Tabu Mengajari Sex Education untuk Anak

Beberapa waktu lalu lagi heboh dengan pemberitaan buku bacaan anak yang terdapat konten pendidikan sex. Dan ini membuat beberapa pihak ada yang merespon positif, ada juga yang kurang berkenan. Di sisi lain juga banyak yang menanggapinya jauh lebih bijak. Memang tidak salah mengajari sex education untuk anak, cara penyampaiannya saja mungkin yang harus lebih santun. Bahkan sex education itu sendiri memang harus diajarkan di usia dini agar anak paham, tidak salah mengartikan dan sebagai goalnya anak mampu untuk menjadi dirinya. Namun masih ada juga dikalangan masyarakat atau orangtua yang berpikir mengajarkan sex education merupakan hal yang tabu. Perlu dipahami terlebih dahulu oleh para orangtua bahwa sex education itu bukan hanya masalah hubungan intim, namun mencakup hal yang lebih luas. Mengenalkan anggota tubuh dan fungsinya, mengenalkan jenis kelamin, memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan juga merupakan bagian dari  sex education. Menurut dr. Boyke ada b...

Belajar Jadi Pembantu di Sekolah

Bun, bagaimana sikap Bunda seandainya anak kita di sekolah diajari jadi pembantu? Ditanggapi secara positif atau negatif bun? Beberapa waktu lalu ada seorang wali murid yang entahlah enggak tahu itu namanya, entah kesal atau gimana setelah bercakap-cakap dengan seorang guru, tiba-tiba berkata, “Kalau begitu anakku jadikan pembantu ja, enggak usah sekolah.” Usut punya usut ternyata sebelumnya mereka bercakap-cakap tentang perkembangan anak. Sang guru mengatakan bahwa si anak ini memang untuk kemampuan calistungnya masih kurang, namun kemampuan bersosialisasinya sangat bagus, mudah bergaul dan punya rasa empati yang tinggi terhadap lingkungan dan teman-temannya. Suka membantu sesama, teman ataupun gurunya. Mendengar penjelasan sang guru, Ibu wali murid tadi justru marah dan salah sangka kalau anaknya sering disuruh bantuin ini dan itu dan menganggap sang anak diperlakukan seperti pembantu. Orang sekolah kok malah disuruh ini itu enggak dibelajari biar pintar, bisa baca, nul...